Kasus Bullying di Sekolah – Hampir semua orang tidak asing mendengar kata bullying. Secara umum pengertian bullying dikatakan sebagai perilaku mengintimidasi seorang individu atau kelompok yang lebih lemah dengan membahayakan fisik, mental ataupun emosional melalui pelecehan dan penyerangan. Perilaku bullying dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak di sekolah.
Terkadang orang tua seringkali tidak menyadari anaknya menjadi korban bullying di sekolah. Padahal ini adalah hal yang patut diwaspadai. Biasanya bentuk paling umum perilaku bullying di sekolah adalah pelecehan verbal, berupa ejekan, menggoda, meledek dan perilaku kasar lainnya. Jika tidak segera diberhentikan, bentuk bullying akan semakin meningkat seperti menendang, bahkan bisa pemerkosaan.
Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya mengalami bullying di sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk mendapatkan pembinaan mental serta pengetahuan selain di rumah. Namun pada kenyataannya belum ada sekolah yang betul-betul menjamin bebas dari perilaku bullying. Inilah yang mengakibatkan orangtua khawatir.
Kasus Bullying di Sekolah
Berdasarkan data Word Vision Indonesia, pada tahun 2008 terjadi kasus bullying sebanyak 1.626 dan tahun selanjutnya meningkat hingga 1.891 kasus di sekolah. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya.
Perilaku bullying dapat membahayakan perkembangan anak di masa depan. Berdasarkan riset tim peneliti dari University of Warwick dan University of Bristol, Inggris, anak-anak yang mendapatkan tindakan bullying di sekolah cenderung mengalami psikotik,yaitu gangguan jiwa berupa ketidakmampuan anak untuk menerima realita, dan gangguan ini terjadi ketika mereka berumur 18 tahun.
Sebaiknya sebagai orang dewasa harus waspada bila menemukan ciri-ciri terjadinya bullying di sekolah pada anak-anak, di antaranya:
• Anak kerap mengurung diri di kamar
• Menjadi lebih emosional dan kasar
• Meminta pindah sekolah (school phobia)
• Konsentrasi belajar dan prestasi menurun
• Anak menjadi penakut dan kerap gelisah
• Sering mengalami mimpi buruk
• Anak mengalami kesulitan tidur
• Kesulitan menaruh perhatian di kelas atau kegiatan apapun
• Sering membuat alasan untuk bolos sekolah
• Tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai sebelumnya seperti naik bus sekolah atau mengunjungi tempat bermain
• Tampak gelisah, lesu dan putus asa terus-menerus
Cara Menghadapi Bullying di Sekolah
Tentu tidak semua anak mengalami bullying di sekolah. Hampir kebanyakan yang mengalami korban bullying di sekolah adalah mereka yang mempunyai fisik tertentu, misalnya gemuk, kurus, atau pada anak yang terlihat lemah. Jika anak Anda mengalami ciri-ciri korban bullying, langkah yang harus dilakukan orang tua adalah sebagai berikut:
1. Cross check
Anda sebagai orangtua harus mendekati anak apakah terjadi sesuatu padanya setelah anak menunjukkan ciri menjadi korban bullying. Selidikilah apakah bullying yang diterima anak masih dalam batas wajar, atau Anda harus membahasnya dengan guru. Maksud cross check di sini adalah orang tua harus mencari informasi dengan jelas dan detail yang diberikan anak kepada pihak sekolah.
2. Berdayakan anak Anda
Anda dapat melakukan diskusi dengan anak Anda untuk mengatasi bullying yang tidak terlalu parah. Misalnya Anda dapat meminta anak untik bersahabat dengan semua anak. Sehingga ketika anak mengalami bullying, ia memiliki teman-teman yang membantu atau membelanya.
3. Bicara tentang pengalaman Anda sendiri
Anda dapat menceritakan pengalaman Anda ketika masih sekolah kepada anak Anda. Ini dapat membantu anak tahu bahwa dia tidak sendirian dalam situasi seperti itu.
4. Bentuk persahabatan di luar sekolah
Anak-anak diupayakan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler misalnya kursus, kegiatan keagamaan atau lainnya. Sehingga melalui kegiatan ekstrakulikuler ini, mereka dapat menciptakan kelompok sosial.
5. Terus memberi perhatian anak Anda dan pelaku
Jika keadaan tidak membaik, hubungi pihak berwenang yang relevan dan dapatkan penyelesaian terhadap masalahnya.
6. Mediasi
Sebaiknya orangtua dapat meminta pihak sekolah untuk menjadi mediasi pertemuan antara korban dan pelaku serta orangtua keduanya, bila pelakunya siswa di sekolah yang sama.
7. Menuntut tegas
Melalui mediasi sekolah, orangtua dapat menuntut tegas pelaku. Sehingga untuk kedepannya diharapkan pelaku tidak mengulangi perbuatannya. Tuntutan dapat berupa pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyebutkan bahwa pelaku tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Jika mengulangi perbuatan tersebut, pelaku akan dikenakan sanksi berupa dikeluarkannya dari sekolah, bila pelaku sesama pelajar. Hal ini penting, untuk menumbuhkan rasa aman bagi anak.
8. Pendampingan
Orangtua wajib mendampingi anaknya selama masa pemulihan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan membantu agar kelak terhindar dari tindak bullying lainnya.
Bullying memiliki dampak jangka panjang pada korban dan pelaku. Bagi korban, perilaku bullying dapat mengambil rasa percaya dirinya. Sedangkan bagi pelaku bullying dapat memberikan efek menjadi kebiasaan untuk dapat meningkatkan ego mereka. Selain itu, rasa takut dan trauma yang diderita korban dapat memicu kecenderungan putus sekolah.
Baca Juga: 9 Cara Bangkit dari Keterpurukan yang Bikin Semangat Lagi
Demikian pembahasan mengenai perilaku bullying di sekolah yang jangan dianggap remeh. Pasalnya akibatnya bisa sampai jangka panjang. Semoga bermanfaat.